Kamis, 14 Mei 2009

crita tmn2

Sepulang kantor beberapa hari yang lalu, sepanjang perjalanan pulang saya sempatkan untuk ngobrol dengan teman kantor saya yang sudah cukup dekat. Dia bercerita tentang rasanya dianggap remeh oleh orang lain. Dalam cerita ini, dia pernah terlibat pembicaraan dengan temannya yang menganggap pembicaraan itu lucu sambil tertawa. Saya sendiri adalah orang yang tidak suka diremehkan atau dicuekin oleh orang lain. Jadi saya menanggapinya dengan memberi saran. Saran saya adalah agar teman saya ini mau mengambil tindakan kepada temannya itu. Entah ditegur atau mendiamkan mereka.

Keesokan harinya, teman saya ini bercerita bahwa dia sudah mengambil tindakan terhadap temannya. Teman saya ini mendiamkan temannya, dan katanya, mereka sadar mereka sedang didiamkan, dan sedikit lebih serius ketika terlibat pembicaraan dengan teman saya ini. Tapi ya memang belum cukup sadar untuk minta maaf. Hmmm… Reaksi yang cukup baik menurut saya.

Saya sendiri, saya sendiri sudah beberapa hari dicuekin sama teman saya. Saya nggak sadar sampe di titik terakhir, dia lebih mementingkan sesuatu yang lebih penting menurutnya, ketimbang menemani saya yang sedang butuh dia. Ya, memang itu pekerjaannya. Ya, memang dia sudah ketemu dengan orang penting. Ya, memang saat ini banyak banget yang mencari dia.

Dia, yang dulu selalu bercerita ke saya, orang kalo udah ketemu sama orang penting, akan merasa dirinya penting juga. Dia, yang dulu pernah bilang ke saya, dia sebisa mungkin nggak akan berubah kalo sudah ketemu orang penting. Tapi ya, memang lidah tidak bertulang, jadinya ya gitu, nggak ada bukti. Apalagi kalo sudah kejadian sama diri sendiri, apa yang sudah dikatakan dulu tentang orang lain, kayaknya nggak ada deh.

Hasilnya, sudah beberapa hari saya tidak tahu cerita tentang dia. Saya tidak tahu apa yang sedang dia lakukan, sedang dimana dia, apakah dia sedang sehat, apakah dia sedang sakit. Dia pun kayaknya nggak peduli lagi sama saya. Saya sedih, dan menanyakan kabarnya, paling dia hanya menjawab sebentar, kemudian bilang bahwa nanti dia akan mengabari saya lagi. Ya, itu janji. Janji tinggal janji.

Kalo lagi ingat saja, dia akan menanyakan kabar saya. Begitu tahu ada sesuatu yang berbeda dengan saya, dia akan menanyakan mengapa. Tapi, ketika saya kemukan sebabnya, dia akan setengah hidup membela diri. Itu sebabnya, hingga saat ini, saya agak mendiamkan dia. Entah sadar atau nggak, toh hasilnya akan sama saja, dia akan membela diri bahwa dirinya tidak bersalah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar